Saya
pernah mendengar seorang ibu mertua yang memberi petuah kepada menantu
perempuan yang baru saja di nikahi oleh putranya.
“Putriku..taukah
engkau, kalau seorang anak perempuan itu memiliki tiga kali kelahiran sebagai
fitrah alam ”.
Karena
penasaran akhirnya si menantu inipun bertanya kepada ibu mertuanya. “tiga kali
kelahiran ibu...?? tapi kenyataannya kita hanya lahir sekali di dunia ini”.
Lalu
sambil tersenyum sang ibu mertua pun menjawab pertanyaan dari menantu
kesayangannya itu. “iya anakku, pertama, seorang perempuan itu dilahirkan
sebagai seorang anak dari kedua orang tua, ia dibesarkan dengan penuh kasih
sayang, ia di didik sebaik mungkin, dijaga bagaikan intan mutiara, dalam doa
harapan keluarga kelak bisa menjadi wanita sholeha. Kedua, seorang perempuan
itu di lahirkan sebagai seorang istri, dia mengemban tugas melayani suami, dan
menjadi perhiasan terindah di dunia yang tak ternilai
harganya, yaitu istri yang sholeha. Ketiga, seorang perempuan itu di lahirkan
untuk menjadi seorang ibu, seorang yang melahirkan penerus zaman, ditangannya
akan tercipta panji-panji pembela agama”.
Sesaat
terdiam, kemudian sang ibu mertua melanjutkan petuahnya. “sekarang engkau baru
terlahir kedua kali, kau baru menjadi istri sekaligus menantu di keluargaku,
jadilah istri yang sholeha untuk suamimu dan seorang anak yang berbakti pada
orang tua. Dan kelak ketika kau jadi seorang ibu, jadilah ibu yang sempurna
buat mereka sibuah hatimu, setelah melewati fase ini maka lengkap lah jati diri
seorang perempuan”.
Tak
puas dengan jawaban sang ibu mertua, si menantupun bertanya lagi. “wahai ibu, sekarang
kenyataan yang kita lihat malah sebaliknya dari apa yang ibu bilang, banyak
anak perempuan yang durhaka sama orang tua, durhaka sama suami, dan
menyia-nyiakan anaknya yang merupakan titipan Tuhan, apa ini bisa di bilang
mereka juga memiliki tiga kali kelahiran...??”.
“iya
putriku, mereka tetap memiliki hak yang sama, tetapi mereka tidak bisa
menjalankan semuanya sesuai aturan yang telah di tentukan, terkadang hanya
karena materi dunia mereka rela meninggalkan kodratnya sebagai seorang anak,
seorang istri dan bahkan sebagai seorang ibu”.
Setelah
mendengar petuah tersebut, saya baru menyadari kalau ternyata air mata saya
telah membasahi kedua pipi saya, saya sangat terharu dengan petuah yang di
berikan oleh sang ibu mertua yang baik kepada anak menantu yang begitu di
sayanginya.
Memang
benar, sekarang coba kita lihat sendiri, anak perempuan yang di lahirkan dan diberi kasih sayang, juga yang dijadikan harapan
oleh kedua orang tuanya malah menjadi seorang anak yang meruntuhkan pondasi
harapan yang dengan susah payah telah dibangunkan oleh orang tuanya, terkadang
dalam membangun pondasi harapan itu, nyawa mereka menjadi taruhan, namun mereka
tetap tidak peduli, yang penting pondasi itu bisa berdiri tegak seperti sebuah
istana megah, begitulah perumpamaannya.
Ketika
seperti ini, adakah seorang anak perempuan sadar, bagaimana orang tuamu menjagamu
bak intan berlian, siang malam berdoa, agar kelak kau jadi wanita sholeha, sang
perhiasan dunia, bukan perusak dunia, apalagi
penghuni neraka. Na’udzubillah.
Sekarang
kebanyakan kita lihat, apabila suami kaya dan berpangkat rumah tanggapun
sejahtera, tetapi kalau suami biasa saja dan istri yang berharta, maka
kebanyakan rumah tangga berantakan, bahkan setiap tahun, perceraian di setiap
daerah dan negara itu bertambah, ini bukan tipuan, melainkan realita kehidupan
dizaman metropolitan. Seharusnya di sinilah peran untuk saling melengkapi, ingatlah
saudara, manusia itu tidak sempurna, ada kelebihan ada kekurangan, karena itu
ambillah kelebihan sebagai anugrah penutup kekurangan agar ia bisa menjadi
sempurna. Ketika sudah menikah, surgamu ada dibawah telapak kaki suami,
layanilah suamimu seperti anjuran al-quran dan as-sunnah,
jangan karena engkau memiliki pangkat lebih tinggi daripada suami engkau bisa
semena-mena saja bersikap kepadanya.
Dan
lagi-lagi di zaman sekarang, wanita memang benar-benar, baik secara langsung maupun tidak langsung
ingin melupakan kodratnya sebagai seorang perempuan. Kebanyakan di
negara-negara maju, wanita tidak mau melahirkan anak, dengan alasan takut
badannya rusak, gemuk, sibuk berkarir dan masih banyak alasan lainnya. Di
Singapura sekarang wanita hampir tidak ada yang mau melahirkan, seingga
menimbulkan kekhawatiran di kalangan pemerintah, mereka khawatir kalau populasi
penduduk aslinya bakal mengecil dan kalau di biyarkan bisa tidak ada lagi sama
sekali. Dan dari realita ini pemerintah membuat program baru, perempuan-perempuan
yang mau melahirkan anak akan di bayar oleh pemerintah, dengan program seperti
itu bisa meningkatkan kembali kelahiran di negara mereka.
Kalau
kita pikir-pikir, ironis sekali memang, seorang perempuan yang sudah dianggkat
derajatnya oleh Baginda Rasulullah hinnga 3 banding 1 daripada lelaki bisa
melakukan hal seperti itu. Dalam hadits nabi :
“diriwayatkan : datang seorang
pemuda datang kepada rasulullah, lalu dia bertanya : wahai
rasulullah siapakah orang yang lebih baik untuk saya hormati di dunia ini..?
Rasulpun menjawab : ibumu. kemudian siapa lagi..?, ibumu. Kemudian siapa
lagi..?, ibumu. Kemudian siapa lagi..?, ayahmu”(HR. Bukhari).
Tidak
bisa kita bayangkan seandainya dulu Rasul tidak membawa kita ke alam mulia,
kita pasti masih hidup seperti di zaman jahiliyah, dimana perempuan itu dinomor
duakan, dijadikan budak pelampiasan nafsu semau para lelaki, dan Khalifah Umar
sebelum masuk islam juga pernah hidup dalam lingkungan jahiliyah, sampai-sampai
beliau membunuh anak perempuannya yang masih sangat kecil, dan juga dianggap sebagai
pembawa sial, perempuan penyebab dosa, ini semua karena paham mereka kalau
penyebab nabi Adam keluar dari surga adalah Siti Hawa, karena Hawalah yang
telah terpengaruh oleh rayuan iblis kemudian Hawa merayu nabi Adam untuk
mamakan buah khuldi, sehingga Allah murka dan mengusir mereka berdua dari
surga, dan dari kejadian itu seluruh keturunan Hawa pun di kutuk sebagai
pembawa sial serta pantas untuk dihukum.
Rasulullah telah menganggkat derajat perempuan dari alam yang hina ke alam yang mulia, seharusnya kita bersyukur kepada Allah dan berterimakasih kepada Rasulullah, dengan cara menjaga kehormatan dan menyadari kodratnya sebagai seorang perempuan.
Rasulullah telah menganggkat derajat perempuan dari alam yang hina ke alam yang mulia, seharusnya kita bersyukur kepada Allah dan berterimakasih kepada Rasulullah, dengan cara menjaga kehormatan dan menyadari kodratnya sebagai seorang perempuan.
Perempuan
zaman sekarang bukannya bersyukur tapi malah salah kaprah dalam menilai
kedudukannya, apalagi sekarang lagi marak-maraknya persamaan gender, jadi
mereka makin menjadi-jadi, mereka rela tubuhnya dijual seharga sebuah iklan,
dengan alasan emansipasi, padahal secara tidak langsung mereka telah
dieksploitasi untuk menjadi tontonan aurat gratis, bukannya malu tapi malah
bangga diri lagi. MasyaAllah.
Sungguh
sangat di sayangkan, mereka belum menyadari akan hal itu. Saudariku,
sebaik-baik perhiasan di dunia ini adalah wanita sholeha, menjadi seorang anak,
seorang istri dan seorang ibu merupakan anugerah terindah di dunia yang tiada
tara, sebagai seorang anak yang berbakti, istri yang sholeha dan seorang ibu
yang baik didunia engkau memperoleh kebahagian yang sempurna karena
engkau akan di cintai dan juga di rindukan, dan kelak di akhirat engkau akan
memperoleh surga yang telah di janjikan Allah kepada semua umatnya yang
bertaqwa.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar