Minggu, 23 Desember 2012

SEPUCUK SURAT UNTUK BUNDA, AYAH, DAN KEEMPAT ADIK KECIL KU



Tsunami telah membawa kalian pergi. Hampir delapan tahun aku kehilangan kalian semua, dan selama itu juga aku tidak pernah berhenti berharap agar keajaiban itu datang membawa kalian kembali kepadaku, bersama kita seperti dulu. Namun di sepanjang penantian itu tak pernah jadi kenyataan, kalian tidak akan pernah kembali lagi.
Bunda...
Andai waktu itu bisa terulang, akan aku manfaatkan setiap detik waktu untuk terus berada di samping mu, aku tidak akan pernah menolak setiap permintaan mu untuk ku tetap di sisimu. Tak akan aku pergi meski untuk menuntut ilmu kalau aku harus jauh dari mu, tak akan pernah aku mau berlibur, kalau engkau tak ikut bersamaku. Kini ku paham mengapa dulu engkau selalu melarangku untuk pergi jauh darimu. Ternyata engkau memang telah merasakan waktu kebersamaan kita tidak banyak. Engkau hanya bisa menemaniku selama 12 tahun.
Bunda...
Kini aku telah dewasa, usiaku sudah menginjak 21 tahun. Bunda, banyak hal yang ingin aku ceritakan sama bunda, tentang perjalanan hidupku selama ini. Selama bunda tiada lagi menemani dan menuntun jalanku, aku berusaha berjalan sendiri, dan ketika jatuh, aku berusaha untuk bangun sendiri, tak ingin aku bergantung pada orang lain. Tertatih ku berjalan, menghitung langkah demi langkah untuk mencapai impianku dan juga impian bunda.
Bunda...
Kini ku telah tumbuh menjadi gadis yang kuat dan mandiri, kepergianmu mengajarkan aku untuk melakukan semuanya sendiri. Ingin ku buktikan pada semua bahwa aku bisa melakukan semuanya biyarpun bunda telah tiada. Aku tidak ingin mereka memandangku sebelah mata, aku tak ingin mereka terus melakukan apapun kepada ku ketika bunda tiada, aku juga tidak ingin mereka terus menyiksa aku seperti waktu itu.
Bunda...
Biyarpun kini engkau telah tiada, namun kenangan tentangmu selamanya ada dalam ingatan ku. Terlalu singkat waktu kebersamaan kita, namun aku tetap bersyukur, di dalam waktu yang sesingkat itu, engkau telah menjadi ibu yang sempurna, penuh kasih sayang, dan lemah lembut kepadaku. Engkau mampu mengukir kisah indah itu di dalam ingatan ku, dan tak akan pernah aku lupa. Selamanya engkau adalah bundaku.
Buat Bapak...
Kini gadis kecilmu dulu telah dewasa, berkulit sawo matang, bergigi taring, berwatak keras dan mandiri, sama persis seperti dirimu bapak. Aku telah mewarisi semua yang ada pada diri ayah. Orang bilang aku adalah duplikat dari diri bapak.
Bapak...
Betapa aku sangat merindukan sosok mu untuk selalu ada disampingku, untuk melindungiku dan memanjakan aku. Terkadang aku iri sama teman-temanku, mereka bisa cerita apa aja sama ayah mereka, mereka bisa merengek-rengek manja untuk minta sesuatu, ketika mereka butuh perlindungan, mereka selalu memanggil ayah mereka.
Melihat itu semua aku merasa sakit, karena aku tidak bisa seperti itu sama bapak, aku hanya bisa mengirimkan do’a ketika kangen sama bapak.
Bapak...
Ini aku tulis sebagai pelipur rasa rinduku sama bunda, bapak dan adik. Aku yakin, kalian pasti sudah berada di sisi-Nya.
Bapak...
Biyarpun kini dirimu jauh, namun selamanya engkau adalah bapakku. Walau waktu kebersamaan kita singkat, engkau telah memberi aku segalanya yang terbaik. Dan aku janji akan memenuhi semua impian yang telah bapak dan bunda tanamkan pada diriku. 
Buat adik-adik kecil ku..
Seandainya kalian masih ada, pasti sekarang kalian telah tumbuh menjadi gadis-gadis cantik dan juga ganteng-ganteng.
Kakak masih ingat banget, gimana wajah imut kalian yang ceria. Kalian adalah mainan penghibur untuk kakak. Dimanapun kalian berada sekarang, kakak selalu mendo’akan yang terbaik untuk kalian. Dan mudah-mudahan kelak kita di pertemukan lagi dalam masa indah yang telah Allah rencanakan.
Bapak, bunda, adik...
Kalian adalah hidupku, aku bisa bertahan dan kuat sampai sekarang ini,  semua karena kalian...
Always you’re in my beautiful memory
Love you Forever...
Rajudin : Ayah                             
Fatimah : Bunda
Raudhatul Jannah : Me
Fadhlul Ulya
Muhammad Sarayulis
Hidayati Mardhatillah
Mawaddah Rahmatillah
Khairil Mursalin


Melody

Aku adalah sesuatu yang kamu tulis
Namun aku adalah sesuatu yang  tidak pernah kamu baca
Setiap saat kamu tuliskan semua kata yang kamu rasa
Kata tersimpan didalam buku sejuta cerita
Hanya kamu buka ketika ingin menulis kata yang kamu rasa

Sekian lama tersimpan
Tak tau ujung masa
Tulisan itu bertahta dalam rasa yang kau cipta
Hingga aku merasa bukan ini tempatnya

Ku tulis rasaku di kertas cinta
Berharap kau baca ketika aku tiada
Mencoba melangkah, menjaga jarak
Namun kau  menyapa dengan kata
“Aku tak membaca mu, karena kamu adalah melodi yang menginspirasi hidupku”