Tsunami telah
membawa kalian pergi. Hampir delapan tahun aku kehilangan kalian semua, dan
selama itu juga aku tidak pernah berhenti berharap agar keajaiban itu datang
membawa kalian kembali kepadaku, bersama kita seperti dulu. Namun di sepanjang
penantian itu tak pernah jadi kenyataan, kalian tidak akan pernah kembali lagi.
Bunda...
Andai waktu itu
bisa terulang, akan aku manfaatkan setiap detik waktu untuk terus berada di
samping mu, aku tidak akan pernah menolak setiap permintaan mu untuk ku tetap
di sisimu. Tak akan aku pergi meski untuk menuntut ilmu kalau aku harus jauh
dari mu, tak akan pernah aku mau berlibur, kalau engkau tak ikut bersamaku.
Kini ku paham mengapa dulu engkau selalu melarangku untuk pergi jauh darimu.
Ternyata engkau memang telah merasakan waktu kebersamaan kita tidak banyak.
Engkau hanya bisa menemaniku selama 12 tahun.
Bunda...
Kini aku telah
dewasa, usiaku sudah menginjak 21 tahun. Bunda, banyak hal yang ingin aku ceritakan sama bunda, tentang
perjalanan hidupku selama ini. Selama bunda tiada lagi menemani dan menuntun
jalanku, aku berusaha berjalan sendiri, dan ketika jatuh, aku berusaha untuk
bangun sendiri, tak ingin aku bergantung pada orang lain. Tertatih ku berjalan,
menghitung langkah demi langkah untuk mencapai impianku dan juga impian bunda.
Bunda...
Kini ku telah
tumbuh menjadi gadis yang kuat dan mandiri, kepergianmu mengajarkan aku untuk
melakukan semuanya sendiri. Ingin ku buktikan pada semua bahwa aku bisa
melakukan semuanya biyarpun bunda telah tiada. Aku tidak ingin mereka
memandangku sebelah mata, aku tak ingin mereka terus melakukan apapun kepada ku
ketika bunda tiada, aku juga tidak ingin mereka terus menyiksa aku seperti
waktu itu.
Bunda...
Biyarpun kini
engkau telah tiada, namun kenangan tentangmu selamanya ada dalam ingatan ku.
Terlalu singkat waktu kebersamaan kita, namun aku tetap bersyukur, di dalam
waktu yang sesingkat itu, engkau telah menjadi ibu yang sempurna, penuh kasih
sayang, dan lemah lembut kepadaku. Engkau mampu mengukir kisah indah itu di
dalam ingatan ku, dan tak akan pernah aku lupa. Selamanya engkau adalah
bundaku.
Buat Bapak...
Kini gadis kecilmu
dulu telah dewasa, berkulit sawo matang, bergigi taring, berwatak keras dan
mandiri, sama persis seperti dirimu bapak. Aku telah mewarisi semua yang ada pada diri ayah. Orang
bilang aku adalah duplikat dari diri bapak.
Bapak...
Betapa aku sangat
merindukan sosok mu untuk selalu ada disampingku, untuk melindungiku dan
memanjakan aku. Terkadang aku iri sama teman-temanku, mereka bisa cerita apa
aja sama ayah mereka, mereka bisa merengek-rengek manja untuk minta sesuatu,
ketika mereka butuh perlindungan, mereka selalu memanggil ayah mereka.
Melihat itu semua
aku
merasa sakit, karena aku tidak bisa seperti
itu sama bapak, aku hanya bisa
mengirimkan do’a ketika kangen sama bapak.
Bapak...
Ini aku tulis
sebagai pelipur rasa rinduku sama bunda, bapak dan adik. Aku yakin, kalian pasti sudah berada di
sisi-Nya.
Bapak...
Biyarpun kini
dirimu jauh, namun selamanya engkau adalah bapakku. Walau waktu kebersamaan kita singkat, engkau telah
memberi aku segalanya yang terbaik. Dan aku janji akan memenuhi semua impian
yang telah bapak dan bunda
tanamkan pada diriku.
Buat adik-adik
kecil ku..
Seandainya kalian
masih ada, pasti sekarang kalian telah tumbuh menjadi gadis-gadis cantik dan
juga ganteng-ganteng.
Kakak masih ingat
banget, gimana wajah imut kalian yang ceria. Kalian adalah mainan penghibur
untuk kakak. Dimanapun kalian berada sekarang, kakak selalu mendo’akan yang
terbaik untuk kalian. Dan mudah-mudahan kelak kita di pertemukan lagi dalam
masa indah yang telah Allah rencanakan.
Bapak, bunda, adik...
Kalian adalah
hidupku, aku bisa bertahan dan kuat sampai sekarang ini, semua karena kalian...
Always you’re in
my beautiful memory
Love you
Forever...
Rajudin
: Ayah
Fatimah
: Bunda
Raudhatul Jannah : Me
Fadhlul Ulya
Muhammad Sarayulis
Hidayati Mardhatillah
Mawaddah Rahmatillah
Khairil Mursalin
Tidak ada komentar:
Posting Komentar